Mungkin sahabat sudah pernah mendengar atau membacanya, tapi tidak ada salahnya saya menulis kembali, semoga sahabat tidak pernah bosan hadir di blog saya yang sederhana ini, baiklah tanpa menunggu di colek karna banyak basa basi, lansung saja kita mulai:
Ketika itu seorang Ayah dan putranya sedang ngobrol, Ayah mendengar putranya selalu mengeluh tentang segala macam persoalan, kepahitan hidup dan sebagainya yang dia rasakan. Dan Ayah berusaha untuk menjelaskan dan menasehati putranya. Setelah beberapa lama Ayah nya berusaha untuk menjelaskan, tetapi putranya tetap saja mengeluh.
Akhirnya, Ayah meminta putranya untuk mengambil segenggam garam dan satu gelas air minum. Ketika putranya kembali, Ayah memintanya untuk memasukan segenggam garam ke dalam segelas air dan mengaduknya lalu kemudian meminumnya.
"Bagaimana rasanya" tanya Ayah. "Asin sekali" jawab putranya sambil meludah. Ayah tersenyum dan kemudian meminta putranya untuk mengambil segenggam garam yang sama dan membawanya berjalan ke danau.
Keduanya berjalan dalam diam ke danau di dekat tempat mereka, dan setelah sampai Ayah meminta putranya untuk memasukan garam ke dalam danau, kemudian mengaduk- aduk garam tadi di dalam air.
Ayahnya berkata, "Sekarang minumlah air dari danau itu." Ketika putranya meminum air itu, airnya menetes sampai ke dagu pemuda itu, kemudian Ayahnya bertanya lagi "Bagaimana rasanya". "Segar sekali,":8 kata putranya. "Apakah kamu merasakan asin" tanya Ayah. "Tidak," kata putranya .
Sang Ayah duduk di samping laki-laki muda yang wajahnya terlihat serius, yang mengingatkannya pada dirinya sendiri ketika masih muda, kemudia berkata: "Rasa sakit kehidupan adalah garam murni, Tidak lebih, tidak kurang" kata Ayahnya.
"Jumlah rasa sakit, kepahitan dalam hidup adalah tetap dan sama persis. Namun, jumlah rasa sakit dan kepahitan yang kita rasakan tergantung pada wadah dimana kita menempatkan rasa sakit itu.
Jadi, ketika Anda merasakan kesakitan, kepahitan dan sebagainya, satu- satunya hal yang dapat Anda lakukan adalah memperbesar iman, perasaan bahagia, senang dan kebijaksanaan Anda.
Jadikan iman, rasa bahagia sebagai wadah yang besar, kemudian tempatkan segala macam permasalahan ke dalamnya, mulailah menjadi bijaksana dalam menghadapi segala macam persoalan.
Berhentilah menjadi gelas, jadilah sebuah danau."
0 Response to "Jadilah Sebuah Danau Jangan Mau Menjadi Sebuah Gelas"
Post a Comment
Harap meninggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan benar